Imam Malik telah memberi anjuran tawasul kepada
Khalifah al-Mansur, yaitu ketika ia ditanya oleh Khalifah yang sedang berada di
masjid Nabawi, “Saya sebaiknya menghadap kiblat dan berdo'a atau menghadap Nabi
SAW?"
Imam Malik menjawab kepada khalifah, "Mengapa engkau memalingkan
wajahmu dari beliau (Nabi Muhammad), padahal beliau adalah wasilahmu dan wasilah Kakekku
(Nabi Adam as) kepada Allah SWT. Menghadaplah kepada beliau dan mohonlah
pertolongan dengannya, Allah akan memberinya pertolongan dalam apa yang engkau
minta."
Dalam Surat Al-Baqarah : 37, mengenai Tawassul
Nabi Adam as pada Rasulallah saw :
فَتَلَقَّىٰ
آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ
إِنَّهُ
هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka
Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha
Penyayang.”
Keterangan :
Tawassul Nabi Adam as pada Rasulallah saw Sebagaimana di
sebutkan pada firman Allah swt (Al-Baqarah :37) di atas. Menurut ahli
tafsir kalimat-kalimat dari Allah yang diajarkan kepada Nabi Adam as pada ayat
di atas agar taubat Nabi Adam as diterima ialah dengan menyebut dalam
kalimat taubatnya bi haqqi (demi kebenaran) Nabi Muhammad saw dan
keluarganya. Makna seperti ini bisa kita rujuk pada kitab:
Manaqib Ali bin Abi Thalib, oleh Al-Maghazili As-Syafi’i halaman 63,
hadits ke 89; Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusui Al-Hanafi, halaman 97
dan 239 pada cet.Istanbul,. halaman 111, 112, 283 pada cet.
Al-Haidariyah; Muntakhab Kanzul ‘Ummal, oleh Al-Muntaqi, Al-Hindi (catatan
pinggir) Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 1, halaman 419; Ad-Durrul Mantsur, oleh
As-Suyuthi Asy-Syafi’i, jilid 1 halaman 60; Al-Ghadir, oleh Al-Amini, jilid 7,
halaman 300 dan Ihqagul Haqq, At-Tastari jilid 3 halaman 76. Begitu juga
pendapat Imam Jalaluddin Al-Suyuthi waktu menjelaskan makna surat Al-Baqarah
:37 dan meriwayatkan hadits tentang taubatnya nabi Adam as. dengan tawassul
pada Rasulallah saw.
Nabi Adam as manusia pertama, sudah diajarkan oleh Allah swt
agar taubatnya bisa diterima dengan bertawassul pada Habibullah Nabi Muhammad
saw, yang mana beliau belum dilahirkan di alam wujud ini. Untuk
mendukung makna ayat di atas tentang tawassulnya Nabi Adam as ini, kami akan
kutip beberapa hadits Nabi saw yang berkaitan dengan masalah itu:
Al-Hakim dalam kitabnya Mustadrak Shahihain jilid
11/651 mengetengahkan hadits yang berasal dari Umar Ibnul Khattab ra.
(diriwayat- kan secara berangkai oleh Abu Sa’id ‘Amr bin Muhammad bin Manshur
Al-‘Adl, Abul Hasan Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim Al-Handzaly, Abul Harits
Abdullah bin Muslim Al-Fihri, Ismail bin Maslamah, Abdurrahman bin Zain bin
Aslam dan datuknya) sebagai berikut, Rasulallah saw. bersabda:
“Setelah Adam berbuat kesalahan ia berkata kepada Tuhannya: ‘Ya
Tuhanku, demi kebenaran Muhammad aku mohon ampunan-Mu’.
Allah bertanya (sebenarnya Allah itu maha mengetahui semua lubuk hati manusia, Allah bertanya ini agar Malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam as.):
Allah bertanya (sebenarnya Allah itu maha mengetahui semua lubuk hati manusia, Allah bertanya ini agar Malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam as.):
‘Bagaimana engkau mengenal Muhammad, padahal ia belum
kuciptakan?!’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah Engkau menciptakan aku
dan meniupkan ruh kedalam jasadku, aku angkat kepalaku. Kulihat pada
tiang-tiang ‘Arsy termaktub tulisan Laa ilaaha illaLLah Muhammad
RasuluLLah. Sejak saat itu aku mengetahui bahwa di samping nama-Mu, selalu
terdapat nama makhluk yang paling Engkau cintai’.
Allah menegaskan: ‘Hai Adam, engkau benar, ia memang makhluk yang paling
Kucintai. Berdo’alah kepada-Ku bi haqqihi (demi kebenarannya), engkau
pasti Aku ampuni. Kalau bukan karena Muhammad engkau tidak Aku ciptakan’. (HR.
al-Hakim, at-Thabrani dan al-Baihaqi).
Hadits diatas diriwayatkan oleh Al-Hafidz As-Suyuthi dan
dibenarkan olehnya dalam Khasha’ishun Nabawiyyah dikemukakan oleh
Al-Baihaqi didalam Dala’ilun Nubuwwah, diperkuat kebenarannya oleh
Al-Qisthilani dan Az-Zarqani di dalam Al-Mawahibul Laduniyyah jilid
11 / 62, disebutkan oleh As-Subki di dalam Syifa’us Saqam, Al-Hafidz
Al-Haitsami mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh At-Thabarani
dalam Al-Ausath dan oleh orang lain yang tidak dikenal dalam Majma’uz
Zawa’id jilid V111 / 253.
Sedangkan hadits yang serupa/senada di atas yang sumbernya
berasal dari Ibnu Abbas hanya pada nash hadits tersebut ada sedikit perbedaan
yaitu dengan tambahan :
وَلَوْلآ
مُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُ آدَمَ وَلآ الجَنَّةَ وَلآ النَّـارَ
‘Kalau bukan kerana Muhammad Aku (Allah) tidak menciptakan
Adam, tidak menciptakan syurga dan neraka’.
macamana dengan pengakuan tuhan dalam ayat ini:
ReplyDeleteDan tidak ada yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia berusaha mengerjakan kebaikan, dan ia pula mengikut agama Nabi Ibrahim yang lurus (yang tetap di atas dasar tauhid); dan (kerana itulah) Allah menjadikan Nabi Ibrahim kesayanganNya.
(An-Nisaa' 4:125)
Nabi Ibrahim adalah seorang hamba Allah SWT yang diangkat-Nya menjadi Al-Khalil, Kekasih Allah. Adalah hal yang sangat mengagumkan bahwa, setiap kali Nabi Ibrahim mendapatkan ujian hidup, ia justeru menjadikan permata.
ReplyDelete"Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang soleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya- Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. " (QS. ash-Shaffat: 99-111)
ReplyDelete