Tersingkapnya Kewalian Abah Guru Sekumpul




  • Habib Muhammad Ba'bud (lawang malang) berkata "Siapa yang hendak melihat Rasulullah Saw, maka pandanglah Guru Zaini" 
  • Habib Ahmad Alhabsyi (Banjarmasin) berkata "bila ingin melihat sunnahnya Rasulullah dengan jelas maka lihatlah perilaku Abah Guru Sekumpul kerana setiap sunnah Rasulullah yang beliau ketahui selalu dikerjakannya.
  • Habib Ahmad Baraqbah (Bangil) sewakttu bertemu dengan Abah Guru berkata "enta min Aulia Allah hingga ucapan berulang-ulang 3 kali.
  • Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf (Semarang) seorang Wali Majzub saat bersalaman pada Waktu Abah Guru Sekumpul waktu muda, beliau berseru kepada ulama yang ada ada "Cium tangan Zaini," "ini kutub cilik" ini kutub cilik".
  • Tuan Guru Zainal ilmi (dalam pagar - Martapura) berkata kepada nenek abah guru Sekumpul yiatu salbiyah pada waktu abah Guru masih kecil "pelihara yang baik dengan ber ulang-ulang di rumah ada seorang wali besar"
  • K.H. Hamid (pasuruan) sewaktu menyambut kedangan Abah Guru Sekumpul yang showan kepada K.H Hamid berkata "Gebernur kalimantan-Gebernur kalimantan" dengan berteriak kegirangan ertinya waliyullah dari Kalimantan.
  • Abah Anom sang Waliyullah berkata sewaktu pesuruh Abah Anom datang ke rumah Abah Guru kata Abah Guru Sekumpul "Abah Anom adalah lautan ilmu tariqat" lalu diceritakan oleh pesuruh Abah Anom perkataan Abah Guru Sekumpul kepada abah Anom dan Abah Anom berkata "Guru Zaini adalah lautan ilmu".
  • Habib Ahmad bin Abu Bakar Al Habsyi (Basirih-Banjarmasin) seorang Wali Majzub berkata " enta Waliyullah enta Waliyullah enta Waliyullah "sambil menggoncang-goncangkan pundak Guru Sekumpul yang disaksikan oleh Guru Asmuni (Ghuru Danau dan H.Khurdi).
  • KH.Syarwani Abdan Albanjari (Bangil) salah satu Gurunya Abah Guru Sekumpul berkata Zaini ini sekarang pada berada dalam tingkatan kewalian sebagaimana yang disebutkan dalam kitab tasauf sedangkan muridnya yang gila itu sebab ketulahan/derhaka kepadanya, ini sewaktu Abah Guru Sekumpul dituduh mengajarkan ilmu sesat.
  • Habib Ahmad Assegaf (Hadralmaut) pernah berkata "sir dan madad Tarim berpindah ke Sekumpul".


Pertemuan Abah Guru sekumpul dgn Habib Abdullah Baroqbah (Wali Majdzub)

Ketika acara selamatan di rumah H. Ahmad Marzuki , tiba-tiba datang seorang Habaib yang menumpang sebuah becak, perawakan tubuh agak pendek adalah Habib Abdullah Baroqbah yang Majdzub . Sampai beliau di pintu rumah, beliau menanyakan : “Adakah di sini yang bernama Muhammad Zaini?” Waktu itu Guru Zaini masih di kamar al-‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru Syarwani Abdan, yang letaknya bersebelahan dari rumah H. Ahmad Marzuki. H. Ahmad Marzuki menyampaikan kepada al-‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru Syarwani Abdan bahwa Habib Abdullah Baroqbah mencari Guru Zaini ingin bertemu. Sehingga oleh Guru Zaini bertanya kepada al-‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru Syarwani Abdan “Kiapa ni ulun kak, beliau lain orang kita, beliau (majdzub), lamun kita (salik).”??? “Tamui aja ikam ding ai, kasian sidin jauh-jauh datang handak betamu lawan ikam.” jawab al-‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru Syarwani Abdan dan mengizinkannya untuk menemui Habib Abdullah Baroqbah tersebut.

Setelah pertemuan, maka Habib Abdullah Baroqbah, berseru “Marhaban, Marhaban Ahlan Wa Sahlan, ana sudah tujuh tahun menunggu enta, dan ana sudah beberapa kali sampaikan kepada Malakal Maut untuk menunda kematian ana, dengan berdo’a Mudahan ana tidak dimatikan kecuali sesudah bertemu enta.” Kata beliau lagi “Enta min Auliya illah, Enta min Auliya illah, Enta min Auliya illah.”

Sebenarnya antara Habib Abdullah Baroqbah dan Guru Zaini tidak pernah saling bertemu, namun pertemuan mereka hanya di dalam mimpi. Sesudah pertemuan itu, Habib Abdullah Baroqbah pun meminta diri untuk pulang, tanpa mengikuti acara selamatan tersebut. Dan Guru Zaini juga kembali ke tempat Guru Bangil.

Sesampainya di hadapan Guru Bangil, Guru Zaini berkata “Nah tebuka am aurat ka ai.” Dijawab oleh Guru Bangil “Kada papa ding ai, inya kada ikam jua nang membuka, tapi angin…kada papa sahut al-‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru Syarwani Abdan. Mereka kemudian menuju acara selamatan bersama-sama.

Adapun Habib Abdullah Baroqbah tidak berapa lama sesudah bertemu dengan Guru Zaini, beliau akhirnya wafat, kembali keharibaan Allah.


Pada tahun ini perjalanan haji dari Indonesia ditempuh dengan jalur udara dan jalur laut. Namun, perjalanan dengan menggunakan kapal laut merupakan hal yang lebih banyak dipilih, ini selain alasan ekonomi juga dengan cara ini jika beruntung mereka dapat tinggal lebih lama di Makkah, karena kapal laut biasanya berlayar jauh hari sebelum musim haji tiba, berkisar 1 ½ bulan, sebab mempertimbangkan halangan-halangan yang mungkin timbul selama perjalanan. Dengan pertimbangan ini pulalah kemudian Guru Zaini memutuskan bahwa keberangkatannya akan ditempuh lewat jalur laut.

Hari Rabu tanggal 22 Desember 1971 bertolaklah rombongan Guru Zaini dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan menggunakan kapal “Lehapre Abeto”. Keberangkatan yang dilepas dengan pandangan haru dari al-‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru Syarwani Abdan beserta kerabatnya. Sebelumnya beliau juga telah menitip salam dan surat untuk Guru beliau Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi al-Makki dan Habib Hasan Fad’aq.

Bulan telah memasuki musim penghujan namun hari itu langit terang, hanya terlihat beberapa awan tipis di angkasa yang menari-nari ditiup angin Desember. Dari dek pertama terlihat Guru Zaini melambaikan tangannya, wajah yang sumringah, yang terbayang di kalbunya hanyalah pertemuan dengan manusia yang selama ini selalu mengisi relung batinnya yang terdalam, yang namanya selalu ia ulang-ulang di kala jaga, yang selalu mengisi mimpi-mimpinya, manusia yang telah mengubah wajah dunia dengan ajaran rohaninya, Muhammad Sang Rasul, Kekasih Allah.


Moga dengan menceritakan para Aulia Allah kita mendapatkan Rahmat Allah SWT.

Aamiin Allahumma Aamiin.

Syekh Sekumpul datang melaksanakan haji






DK

1 Comments

Previous Post Next Post