SIAPAKAH AL-IMAM AL-QUTUB SYEIKH ABUL HASSAN AS-SYAZILI?
Beliau
adalah PENGASAS TAREQAT SYAZILIYAH.
Seorang Wali Qutub di zamannya. Apa itu Wali Qutub? Wali Quthub ini adalah Pemimpin Para Wali. Setiap abad hanya ada seorang Wali Qutub sehingga ke Hari Kiamat dan beliau ini adalah Al-Qutub Al-Ghouts di zamannya.
Seorang Wali Qutub di zamannya. Apa itu Wali Qutub? Wali Quthub ini adalah Pemimpin Para Wali. Setiap abad hanya ada seorang Wali Qutub sehingga ke Hari Kiamat dan beliau ini adalah Al-Qutub Al-Ghouts di zamannya.
Nama
lengkap, nasab beliau adalah Al-Imam Al-Qutb Abul Hasan Ali Bin
Abdullah Bin Abdul Jabbar Bin Tamim Bin Hurmuz Bin Hatim Bin Qushoy Bin
Yusuf Bin Yusya Bin Ward Bin Abu Batthal Ali Bin Ahmad Bin Muhammad Bin
Isa Bin Idris Al-Mutsanna Bin Umar Bin Idris Bin Abdullah Bin Hasan
Al-Mutsanna Bin Sayyidina Hasan Bin Sayyidina Ali Bin Abu Thalib dan
Sayyatina Fatimah Az-Zahra Binti Sayyidina wa Habibina wa Syafiina
Muhammad Rasulullah ﷺ.
Lahir di kampung
Syazilah iaitu sebuah kampung di Ghumarah, Maghribi di Afrika pada tahun
593H / 1197M. Kemudian beliau menetap di Iskandariah iaitu satu bandar
besar di Mesir menyebarkan ilmu dan menjadi Syeikh Tariqat Syazilah.
Beliau seorang yang buta tetapi Allah memuliakannya dengan dikurniakan
mata hati yang terang benderang. Dan beliau wafat di Padang Sahara
Idzaab pada tahun 656H dalam perjalanan beliau untuk menunaikan ibadah
Haji.
Bacalah
kisah-kisah dan manaqib Para Auliya dan Solohin nescaya kita akan
berasa takjub, malu dan hina sehina-hinanya melihat akan keadaan diri
kita pada hari ini. Orang-orang terdahulu, mereka menuntut ilmu,
mempelajari ilmu, mendapatkan kemuliaan bukannya dengan bersenang-lenang
dan bermewah-mewahan sepertimana kita hari ini.
Menurut Syiekh Abu Hasan Asy-Syadzili, jika Allah hendak memuliakan
seorang hamba dalam gerakan dan diamnya sekalipun, maka Allah akan
angkat dia menjadi orang yang suka beribadah kepada-Nya. Allah tutup
dari kepuasan dirinya sendiri, Dia jadikan hamba itu asyik di dalam
ibadahnya, kepuasan dirinya tertutup kecuali sebatas dan secukupnya saja
untuk dirinya, bahkan sang hamba tidak akan melirik kepuasan dirinya
seolah ia sibuk dalam keterasingan.
Abu Abdullah As-Syatibi berkata : “ Aku setiap malam mengadakan
hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat
kepada Allah swt, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan
Allah swt. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku
bertanya kepada beliau :
”Wahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah swt dengan perantaraan beliau, ternyata doa’ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya?
Beliau bersabda :
“Abu Hasan itu adalah puteraku, secara rohaniah. Anak adalah sebahagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebahagian, bererti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah swt dengan perantaraan Syiekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah swt dengan perantaraanku.”
Mutiara Hikmah Syiekh Abul Hasan Ali Asy Syazili
”Wahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah swt dengan perantaraan beliau, ternyata doa’ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya?
Beliau bersabda :
“Abu Hasan itu adalah puteraku, secara rohaniah. Anak adalah sebahagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebahagian, bererti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah swt dengan perantaraan Syiekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah swt dengan perantaraanku.”
Mutiara Hikmah Syiekh Abul Hasan Ali Asy Syazili
- Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qur’an dan Sunah. Katakana pada dirimu : Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qur’an dan Sunnah terlebih dahulu.
- Kembalilah dari menentang Allah swt, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syara’, maka engkau menjadi Ahli Sunnah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian.
- Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah swt dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah.
- Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah swt, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian.
- Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah swt melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah swt. Lakukanlah dengan menjaga rahsia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh.
- Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah swt dan ikhlas beragama.
- Penglihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya ” Jika kau memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu kuat memiliki-Nya. “Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala puji bagi Tuhan!
- Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): “Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkan keredhaan ALLAH, dan jangan duduk di majlis kecuali yang aman dari murka ALLAH . Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantu berbuat taat kepada ALLAH . Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap ALLAH.”
- Seorang wali tidak akan sampai kepada ALLAH selama ia masih ada syahwat atau usaha ikhtiar sendiri.
- Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat keperluanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari ALLAH. Yang harus menjadi tujuan dari doamu adalah untuk bermunajat kepada ALLAH yang memeliharamu dari-Nya.
- Seorang arif adalah orang yang mengetahui rahsia-rahsia karunia ALLAH di dalam berbagai macam bala’ yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahan nya di dalam lingkungan belas kasih ALLAH kepadanya.
- Sedikit amal dengan mengakui kurnia ALLAH, lebih baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal.
- Andaikan ALLAH membuka nur (cahaya) seorang mu’min yang berbuat dosa, niscaya ini akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan : “Andaikan ALLAH membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat ALLAH SWT.
- Jika Allah hendak menghinakan seorang hamba dalam gerak dan diamnya maka Allah luapkan kepuasan dirinya, Dia tutup pintu ibadahnya sehingga asyik di dalam syahwatnya, sedankan ibadahnya kepada Allah menjadi sesuatu yang asing, meskipun secara lahiriah sang hamba terlihat mengerjakannya.
- Ibadah adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan, menolak syahwat dan kehendak, maka barang siapa mampu mencapai derajat kesucian kalbu dari setan, hawa nafsu dan dunia, lalu lalu diiringi dengan banyak ingat untuk beribadah kepada Allah, maka dia telah meraih kebaikan seluruhnya.”
- Hamba yang dimuliakan Allah dengan ibadah mendorong hamba untuk menjalankan ketaatan tepat pada waktunya. Hal itu karena, setiap waktu ada nilai ibadah yang harus engkau penuhi dengan mengikuti ketentuan rububiyah. Maka tidak boleh ketaatan itu terlambat dijalankan sebagaimana ketaatan yang dijalankan untuk mengganti ketaatan yang hilang.
- Faedah ketaatan dan menjaga kelanggengannya tidak lagi dapat dipungkiri. Pernah suatu ketika Abul Hasan asy-Syadzili ditanya, “Apa yang engkau dapat petik dari ketaatanmu dan apa yang engkau dapat petik dari kemaksiatanmu?” Maka Abul Hasan asy-Syadzili menjawab, “Dari ketaatan aku memetik ilmu yang bertambah, cahaya Ilahi yang terang dan mahabbah. Sedangkan dari kemaksiatan aku memetik kegundahan, kesedihan, dan takut.”
nice
ReplyDelete